Sabtu, 05 Februari 2011

Al Athoo Ad Da'wiy

Da’wah adalah upaya manusia untuk mengubah diri dan lingkungannya melalui berbagai sarana yang ada. Dan dilakukan dengan kekuatan yang dimiliki oleh manusia. Hanya saja seorang yang beriman harus meyakini bahwa ada kekuatan-kekuatan di luar kemanusiaannya yang mampu mempengaruhi kekuatan dirinya. Jadi pertolongan Allah pasti ada jika kita beriman kepadaNya.

Seperti ketika Rasulullah hijrah, Beliau bersembunyi di dalam goa kemudian Allah menutupinya dengan sarang laba-laba. Ketika perang badar pasukan Rasulullah yang berjumlah 300 orang dapat mengalahkan 1000 pasukan kafir Qurays, yang mana semata-mata karena Allah mendatangkan bala tentaranya yang berupa malaikat.
Pertolongan Allah SWT tidak boleh diartikan sebagai sebuah “keajaiban dari langit” yang datang dengan tiba-tiba dan begitu saja, meskipun hal itu bisa saja terjadi menurut kehendak Allah SWT. Tetapi pertolongan Allah SWT harus diartikan sebagai respon Allah SWT terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh para hamba-Nya.
Firman Allah SWT : “Jika kamu menolong (agama) Allah niscaya Allah akan menolong kamu dan meneguhkan langkah-langkah kamu”. (QS Muhammad:7)

MACAM-MACAM AL ATHOO AD DA’WIY
Macam-macam bentuk pemberian yang dapat dilakukan oleh seseorang, di antaranya adalah al athoo al fikriy, al athoo al maaliy, dan al athoo an nafsiy.

Kontribusi pemikiran merupakan jiwanya dari perjuangan da’wah karena nilai-nilai Islam hidup bersama hidupnya pemikiran Islam di kalangan ummat.
Ummat Islam akan mampu menjawab semua tantangan itu dengan satu senjata yang telah ditunjukkan oleh Allah SWT yakni ijtihad.
Karenanya Rasulullah SAW sangat menghargai proses ijtihad yang dilakukan para sahabat dan juga pemikir ummat Islam, seperti diriwayatkan oleh imam Bukhari “Jangan bersembahyang seorang kamu melainkan di Bani Quraizah”. Sebagian sahabat memahamkan perkataan itu menurut hakikat larangannya lalu men akhirkan sembahyang 'Asar itu selepas Maghrib. Dan ada sebagian yang lain tidak memahamkan demikian, mereka memahamkan bahwa yang dimaksudkan Nabi bercepat-cepat pergi ke Bani Quraizah. Karena itu mereka mengerjakan sembahyang 'Asar pada waktunya, sebelum tiba ke Bani Quraizah. Perbedaan tersebut sampailah berita itu kepada Nabi dan Nabi berdiam diri tidak membantah apa-apa.
Kontribusi kaum muslimin dalam bidang pemikiran akan melahirkan sebuah intelektualitas dan peradaban Islam, sebagaimana yang pernah ditunjukkan dalam sejarah peradaban manusia sejak masa Rasulullah SAW sampai dengan khilafah-khilafah Islamiyah sesudahnya. Oleh karenanya kontribusi dalam bidang pemikiran ini akan memiliki buah kontribusi dalam bidang keilmuan (al atho al ‘ilmy) dengan berkembangnya berbagai cabang ilmu dan kontribusi dalam bidang keterampilan (al atho al fanny) dan berkembangnya berbagai keahlian budaya yang menunjang peradaban kaum muslimin. Sehingga kaum muslimin dapat menguasai ilmu dalam segala bidang.

2. Al Athoo Al Maaliy (Kontribusi Materi)
Kontribusi materi merupakan kekuatan fisik dari da’wah karena ia akan menggerakkan jalannya perjuangan ini. Berbagai sarana perjuangan diperlukan dan harus diperoleh melalui penyediaan material dan finansial.
Oleh karena itu berbagai persiapan dalam hal ini diperintahkan Allah SWT sebagaimana firman-Nya : ‘Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukuop kepadamu dan kamu tidak akan dianaiaya (dirugikan).’ (Al Anfal ayat 60)
Para sahabat telah menunjukkan betapa perjuangan dakwah harus diikuti oleh perjuangan mengorbankan harta, bahkan kadangkala dalam jumlah yang tiada taranya.
Contoh nyata bagaimana pengorbanan harta para sahabat dalam menghadapi jihad terlihat menjelang terjadinya perang Tabuk. Kala itu tahun 9 Hijriyah, Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat yang kaya supaya menyediakan perbekalan bagi para sahabat yang tidak mampu. Maka bersegera para sahabat menyambut seruan jihad maali Nabi SAW. Sahabat Abu Bakar ra mendermakan seluruh hartanya, Umar bin Khattab ra mendermakan sebagian miliknya, Utsman bin Affan ra mengeluarkan harta sebanyak 10.000 dinar (1 dinar ±1,5 jt)= ± 15 milyar, ditambah 300 ekor unta lengkap dengan perbekalannya serta 50 ekor kuda, Abdurrahman bin ‘Auf ra mendermakan 100 uqiyyah emas ( 1 uqiyyah = 40 dirham, 1 dirham ± 40.000)= ± 160 jt, sahabat Al-Abbar ra dan Thalhah ra mendermakan hartanya yang jumlahnya cukup banyak, Ashim bin Adiy ra menyedekahkan 70 wasaq kurma(1 wasaq ± 130-180 kg). Demikian pula sahabat-sahabat yang lain, mereka berbuat serupa. Bahkan para sahabiyah juga tidak ketinggalan, mereka memberikan berbagai perhiasan pribadinya.
Perjuangan yang dihidupkan tidak hanya dengan semangat dan pemikiran, tetapi juga dengan dukungan materi yang kuat, akan mampu mengimbangi dengan musuh-musuh yang seringkali memiliki sarana yang lengkap dan hebat. Perhatian dalam hal ini adalah sebuah kewajiban yang asasi karena ini merupakan tuntutan sunatullah.

3. Al Athoo An Nafsiy (Kontribusi Jiwa)
Kontribusi jiwa (nafs) dapat berbentuk pengorbanan untuk menundukkan dorongan-dorongan nafs-nya yang memerintahkan kepada fujur dan menyerahkannya kepada ketaqwaan. Sesungguhnya ini adalah kontribusi yang mendasari seluruh kontribusi lainnya. Seorang harus mengatasi keinginan-keinginan untuk membesarkan dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum mau berkorban bagi pihak lain. Ia harus membebaskan dirinya dari sifat bakhil yang mengungkung jiwanya baik dalam aspek material maupun non material.
Kontribusi terbesar diberikan seseorang kepada dakwah apabila ia rela tidak saja menundukkan jiwa kebakhilannya, tetapi bahkan melepas jiwanya itu sendiri dari badannya demi perjuangan dakwah. Inilah cita-cita terbesar dari seorang pejuang dakwah yang diikrarkannya tatkala ia mulai melangkahkan kakinya di jalan dakwah : “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan AL Qur-an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) dari pada Allah, Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (At Taubah ayat 111).
Termasuk dalam kontribusi jiwa ini adalah kontribusi waktu (al waqt) dan kesempatan (al furshokh) yang dimiliki seseorang dalam perjalanan kehidupannya. Waktunya tidak akan dibelanjakan kepada hal-hal yang tidak memiliki aspek kedakwahan. Ia juga tidak akan menciptakan atau mengambil kesempatan-kesempatan dalam kehidupannya kecuali yang bernilai akhirat. Sebab hanya dengan cara itu ia mampu mengisi perjalanan jiwanya dengan tenang sampai nanti Allah SWT memanggil jiwanya dan menyatakan selamat tinggal kepada raganya yang fana dan akan menjadi tanah.
“Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridlai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Al Fajr ayat 27 - 30).
Sumber: Materi Tarbiyah 

0 komentar:

Posting Komentar