Kamis, 15 April 2010

Orang Yang Paling Baik Akhlaknya

Akhlak adalah karakter. Akhlak wajib diatur sesuai pemahaman-pemahaman syara’. Karena itu akhlak yang dinyatakan baik oleh syara’, disebut akhlak yang baik, dan yang dinyatakan buruk oleh syara’, disebut akhlak yang buruk. Hal ini karena akhlak merupakan bagian syariat, juga bagian dari perintah dan larangan Allah.

Syara’ telah memerintahkan kita untuk berakhlak baik dan melarang berakhlak buruk. Setiap muslim, khususnya pengemban dakwah, wajib berusaha sungguh-sungguh untuk menghiasi dirinya dengan akhlak yang baik, sesuai dengan hukum-hukum syara’ yang berkaitan dengan akhlak.

Hal yang perlu dikemukakan dan perlu digarisbawahi disini adalah bahwa akhlak wajib dibangun berdasarkan akidah islam. Seorang mukmin harus mensifati dirinya dengan akhlak yang baik hanya atas pertimbangan bahwa akhlak tersebut merupakan bagian dari perintah Allah dan larangan Allah. Dengan demikian ia akan berbuat jujur karena Allah memerintahkan untuk jujur. Ia menghiasi dirinya dengan sifat amanah, karena Allah memerintahkan untuk amanah.

Semua itu bukan dilakukan untuk mewujudkan kemanfaatan materi, seperti agar orang-orang banyak menerima dagangannya atau agar ia dipilih menjadi pemimpin. Perkara ini yang bisa membedakan kejujuran seorang mukmin dengan kejujuran seorang kafir. Karena kejujuran seorang mukmin semata-mata karena perintah Allah, sedangkan kejujuran orang kafir bertujuan untuk memperoleh kemanfaatan materi dibalik kejujuran itu. Sungguh berbeda jauh antara kedua jenis kejujuran tersebut.

Nash-nash yang menganjurkan untuk berakhlak baik antara lain:

“Sesungguhnya orang yang terbaik diantara kalian adalah yang paling baik akhlaknya”. (Mutafaq ‘alaih).

“Kebaikan adalah akhlaq yang baik. Dosa adalah yang meragukan dalam dirimu dan engkau tidak suka jika manusia melihatnya. (HR. Muslim).

0 komentar:

Posting Komentar